Hati Pria Ini Hancur saat sang Ibu Menyuruhnya Mati karena Sakit, Begini yang Terjadi Selanjutnya


Seorang pria bernama Martin Pistorius pernah mengalami koma saat usianya 12 tahun.

Saat itu, hatinya hancur karena mendengar sang ibu menginginkan dia meninggal.

Bahkan, keluarga dan dokter yang merawatnya juga telah putus asa.

Namun, ternyata Martin bisa sembuh dan menceritakan kisah hidupnya.

Dilansir dari en.goodtimes.my, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1987.

Ketika pulang sekolah, Martin mengalami sakit tenggorokan.

Beberapa hari berikutnya, sakit tenggorokan yang dialami Martin semakin parah.

Martin pun mulai berhenti makan dan hanya bisa tidur.

Orangtua Martin kemudian membawanya ke dokter.

Martin didiagnosis menderita miningitis kriptokookus dan tuberkolosis otak.


Dokter pun merasa Martin tidak memiki harapan hidup.

Dokter juga menyarankan agar Martin untuk dibawa pulang karena dianggap tidak ada harapan hidup.


Namun, Martin merasa masih memiliki harapan hidup.

Kemudian, Martin harus menghabiskan waktunya di rumah dan pusat penitipan anak selama lebih dari satu dekade.


Orangtua Martin diberi tahu jika anaknya tidak sadar dengan kondisi sekelilingnya.

Namun, Martin mengaku jika ia telah terbangun dari koma.

"Selama bertahun-tahun, saya seperti hantu,"

"Aku bisa mendengar dan melihat semuanya, tapi sepertinya aku tidak ada di sana. Saya tidak terlihat,” kata Martin.

Meskipun Martin terjaga, dia tidak bisa mengirim sinyal kepada siapa pun.

Terkadang, Martin merasa jika dia berhasil menggerakkan tubuhnya dan bisa memberi tanda.

Sayangnya, apa yang dia lalukan sebenarnya bukan gerakan dan tidak ada yang bisa melihatnya.

“Saya benar-benar tidak berdaya. Setiap aspek kehidupan saya dikendalikan dan ditentukan oleh orang lain,"

"Mereka memutuskan di mana saya berada, apa yang saya makan, apakah saya duduk atau berbaring, dalam posisi apa saya berbaring, semuanya,” katanya.

Martin merasa terjebak dalam tubuhnya sendiri, tidak dapat bergerak dan berbicara.

Satu di antara kenangan paling menyakitkan adalah ketika Martin diposisikan di depan televisi menyaksikan episode demi episode 'Barney and Friends' selama berjam-jam.

Hal ini mengingatkannya pada betapa tidak berdayanya dan sakitnya dia pada waktu itu.

Saat itulah Martin mendengar ibunya menyuruhnya mati.

"Ini menghancurkan hati saya," kata Martin.

“Tetapi pada saat yang sama, saya merasakan cinta dan kasih sayang untuk ibu saya,"

"Ibu saya sering merasa bahwa dia bukan ibu yang baik dan tidak bisa merawat saya,"

"Salah satu hal tersulit bagi saya adalah saya tidak bisa mengatakan itu kepadanya, 'Tidak, Anda hebat.'," katanya.

Penderitaan Martin pun berakhir pada tahun 2001.

Suatu hari ada seorang pekerja baru datang ke pusat perawatan dan mengetahui bahwa Martin sadar dengan sekelilingnya sepanjang waktu.

Pekerja baru tersebut yang mendesak orang tua Martin untuk mengirim Martin ke Pusat Komunikasi Augmentatif dan Alternatif untuk dievaluasi.

Di sana, Martin berhasil menunjukkan kepada orangtuanya bahwa ia dapat memahami semua yang mereka katakan kepadanya.

Sejak hari itu, Martin mulai pulih perlahan.

Martin bahkan harus mempelajari kembali segala sesuatu dari awal tetapi itu tidak melunturkan semangatnya.

Akhirnya, Martin mendapatkan kehidupan yang normal kembali.

Tahun 2008, Martin bertemu istrinya, Joanna yang bekerja sebagai pekerja sosial.

Martin dan Joanna menikah setahun kemudian di Inggris.

Sekarang Martin berbicara dengan menggunakan synthesizer suara dan bergerak dengan bantuan kursi roda.

Dia mengatakan bahwa ingin fokus pada masa depan dan melupakan masa lalu.

Martin juga mengatakan tidak membenci orang tuanya, terutama ibunya karena menginginkan dia meninggal beberapa tahun yang lalu

“Perlakukan semua orang dengan kebaikan, martabat, kasih sayang, dan rasa hormat, terlepas dari apakah Anda pikir mereka mengerti atau tidak,"

"Jangan pernah meremehkan kekuatan pikiran, pentingnya cinta dan iman, dan jangan pernah berhenti bermimpi.” kata Martin.

sumber

Baca Juga